Saturday, January 9, 2016

Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho

Dari dulu aku selalu penasaran dengan Gunung Lawu, entahlah, mungkin karena dari kecil selalu mendengar kisah kisah mistisnya Gunung Lawu, bahkan aku sendiri sempat mempunyai buku sari literatur jawa yang di dalamnya terdapat cuplikan singkat tentang Gunung Lawu. Dari situ rasa penasaran cukup tinggi tentang Gunung Lawu dan senang sekali akhirnya ada kesempatan juga untuk mendaki Gunung Lawu.
Gunung Lawu terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kali ini pendakian akan melalui jalur Candi Cetho. Candi Cetho sendiri berada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia. Sebenarnya jalur Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu lebih terkenal dibanding yang jalur Candi Cetho, hanya saja katanya via Candi Cetho view yang disuguhkan lebih bagus dan lebih seru. Akses menuju basecamp sendiri cukup susah karena jalur berkelok, bahkan ada beberapa sepeda motor yang tidak kuat menanjak.
Pendakian Gunung Lawu segera  dimulai. Tidak lupa berdoa agar pendakian lancar dan selamat sampai tujuan. Sebelumnya regristrasi dulu di pos registrasi yang berlokasi di sebelah kiri Candi Cetho.  Jalur ini masih datar sampai menuju ke area lereng lereng hutan. Kurang lebih 600 meter berjalan sampailah di tempat yang bernama Candi Kethek. 
Jalur pendakian Gunung Lawu ini menuju ke pos 1 (Mbah Branti) berupa jalur yang lumayan landai berupa jalan setapak yang semakin masuk ke dalam hutan semakin menanjak. Yang unik dari jalur ini adalah terdapatnya sungai kecil dan kita harus menyeberanginya.  Di sepanjang jalur kita akan menemui ada pipa pipa air yang dipasang oleh warga untuk memenuhi pasokan air warga sekitar. Pos 1 berada di ketinggian 1.600 mdpl yang masih berupa tanah cukup luas, terdapat shelter untuk para pendaki yang beristirahat. Jalur ini menurutku cukup sepi. Butuh waktu 1,5 jam untuk sampai di pos 1 mengingat langkah kaki cukup lambat.
Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju ke pos 2 (Brak Seng). Jalurnya mulai memanjak, sejenak rombongan berhenti untuk sekedar istirahat dan minum air, terdengar kicauan burung dan serangga serangga hutan yang terlihat beterbangan. Suara gemericik air pun terdengar melalui pipa pipa yang terlihat di sepanjang jalur pendakian. Sampai di pos 2 atau sering disebut Brakseng berada di ketinggian 2.250 mdpl. Area cukup luas dibandingkan dengan pos 1. Di sini juga terdapat shelter yang biasa digunakan untuk duduk sebentar meringankan kaki yang terasa lelah. Pos 2 menurutku suasananya cukup mencekam alias  mistis, asli mistis sekali. Butuh waktu 1 jam untuk sampai di pos 2.
Sebentar saja break di pos 2 lanjut perjalanan menuju ke pos 3 (Cemoro Dowo). Waktu tempuh  cukup lama yaitu 3 jam.  Jalur yang dilalui sangat menanjak. Jalur cukup terjal dengan pohon pohon besar yang sangat rapat. Sinar matahari sampai tidak terlihat karena tertutup rimbunnya daun. 
Dari pos 3 menuju ke pos 4 (Penggik) jalur sangat menanjak. Waku yang dibutuhkan kurang lebih 2 jam. Intinya medan didominasi jalur tanjakan tanjakan dan tanjakan. Entahlah, udara di pos 4 terasa dingin, dan lagi lagi aura yang tidak bisa diungkapkan dengan kata kata. 


Perjalanan selanjutnya adalah menuju ke pos 5 (Bulak peperangan). Pos 5 sendiri merupakan area terbuka yang sering disebut dengan bulak peperangan. Waktu tempuhnya kurang lebih 2 jam. Di bulak peperangan view sangat bagus, sabananya indah sekali. Saat sampai di pos 5  lega sekali rasanya keluar dari rapatnya hutan. Di pos 5 cahaya matahari bisa menyentuh rumput dan area sangat terang, tidak segelap saat di hutan hutan jalur sebelumnya.  Selama camp di pos 5 sempat merasakan pusing, dan hanya bisa berdoa semoga lekas pagi karena cukup takut kalau mendengar suara ketawa yang tidak lucu. Hehe
Dari pos 5 perjalanan dilanjutkan menunju ke Gupak Menjangan. Menuju ke Gupak Menjangan membutuhkan waktu sekitar 1 jam, nantinya akan melewati tanjakan yang cukup membuat nafas ngos ngosan, banyak yang bilang kalau tanjakan ini hampir sama dengan tanjakan cinta ranu kumbolo Semeru, dan memang mirip menurutku. Pemandangan di sini sangat amat sangat bagus sekali. Hamparan lembah dan sabana terlihat cukup luas. Apabila ke sini musim penghujan akan ditemukan adanya kubangan air yang cukup luas yang dinamakan Gupak Menjangan. Menurut info di area ini terkadang ada beberapa menjangan yang turu minum di sini. Tapi sayang sekali aku tidak beruntung tidak menjumpai pemandangan seperti itu. Perjalanan pun dilanjutkan melewati bukit bukit, di sini banyak tanaman cantigi, cantik sekali. Tidak lama berjalan sampailah di pasar dieng. Area pasar Dieng cukup luas, terdapat banyak batu di sini. Waktu yangdibutuhkan sekitar 1 jam.
Dari pasar dieng lanjut ke Hargo Dalem. Tidak membutuhkan banyak waktu sampai juga di area Hargo Dalem, di sini terdapat warung yang sangat legendaris yaitu warung mbok yem. Sejenak break makan pecel dan minum teh hangat untuk memulihkan tenaga. Dari Hargo Dalem menuju ke puncak Hargo Dumilah, trek yang dilalui sangat terjal dengan pemandangan cantigi dan edelweiss. Membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Waktu itu suasana kabut, jadi pemandanganya ya hanya kabut, hehe.. 
Itulah ulasan singkat tentang pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho, yang jelas banyak hal yang cukup unik dan cukup mistis di sini.
Semoga dapat bermanfaat dan menghibur,

Warm Regards

No comments:

Post a Comment

Persiapan Memyambut Persalinan

Apasih barang yang wajib dibawa saat persalinan ?  halo pembaca yang budiman, mau sharing nih tentang apa aja barang yang harus banget ada d...